Pemetaan Sebaran Titik Panas (Hotspot) Tahun 2017-2021 Di Kota Batam
DOI:
https://doi.org/10.30871/jatra.v4i2.4665Kata Kunci:
Titik Panas, Kota Batam, MODIS, Gridding, KebakaranAbstrak
Kota Batam memiliki daerah semak belukar yang cukup luas sehingga hal ini membuat kemungkinan terjadinya kebakaran Hutan dan lahan di Kota Batam. Kota Batam memiliki cuaca yang cukup panas sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kebakaran hutan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sebaran nilai atau jumlah hotspot pada Tahun 2017-2021 di Kota Batam dan mengetahui persebaran hotspot terhadap tutupan lahan Tahun 2017-2021 di Kota Batam. Penelitian ini menggunakan beberapa data yaitu data hotspot Citra MODIS yang bersumber dari situs katalog titik panas LAPAN Tahun 2017-2021, peta sebaran penutupan lahan dan peta administrasi Kota Batam. Proses pengolahan data awal dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan konversi data hotspot Citra MODIS yang diperoleh dari dari situs katalog titik panas LAPAN dengan format .csv menjadi format .shp untuk selanjutnya dilakukan overlay dengan peta tutupan lahan, Setelah itu melakukan proses gridding yang bertujuanuntuk mendapatkan sebaran nilai atau jumlah titik panas (hotspot). Dari hasil data titik panas (hotspot) citra MODIS yang bersumber dari dari situs katalog titik panas LAPAN selama 2017-2021 terdapat 119 titik panas (hotspot) yang berada pada 22 Klaster dalam bidang luasan 1 km × 1km dan selama 2017-2021 diketahui bahwa jumlah titik panas (hotspot) pada kawasan belukar ada 8 hotspot, pada daerah hutan ada enam hotspot dan pada daerah non hutan ada 105 hotspot.
Unduhan
Referensi
Adinugroho, W.C (2005). Kebakaran Hutan dan Lahan. Wetlands International-Indonesia Progamme
, 1-2.
Wibowo, A. 2003. Permasalahan dan pengendalian kebakaran hutan di Indonesia. Review Hasil Litbang. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor
Giglio, Luis, Decroitre, J (2003) "Peningkatan algoritma deteksi kebakaran kontekstual untuk MODIS". Jurnal Penginderaan Jauh Lingkungan, 87, 273-282.
Yonathan, D. 2006. Investigasi sebaran hotspot sebagai indikator kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi dari tahun 2000 hingga 2004 [makalah].Bogor (ID): Balai Penelitian Pertanian Bogor
Hartono, B. 1988. Kebakaran Hutan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.
Endrawati. (2016). Analisis data titik api dan kawasan kebakaran hutan, 1-2. Direktorat Jenderal Perencanaan Hutan.
Berry, W. Michael, Malu Castellanos, Survey of Text Clustering, 2008, Springer-Verlag London Limited
[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan Republik Indonesia. 2016.
Rama, Arkansas (2018). Analisis akurasi perhitungan volume tanah galian dengan dan tanpa data gridding 3-4.
Roziqin, A. 2016. Pemodelan GIS untuk kesesuaian permukiman di wilayah pesisir Nongsa Batam. Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT), Yogyakarta.
Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS.
Eriko, U. (2013). Modul Pelatihan ArcGIS 10.1, diproduksi oleh Comlabs USDI ITB.
Baker, Ryan S.J.d. 2009. AReview and Future VisionsData Mining for Education, Journal of Educational Data Mining, October 2009, Volume 1, Issue 1.
Rani, F. 2015. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Mengatasi Hambatan Free Trade Zone di Batam (Studi Kasus : Hutan Lindung)
Syaufina L. 2008. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia: Perlaku api, penyebab & efek kebakaran. Malang (ID) : Penerbitan Bayu Media
File Tambahan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2022 Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.