Identifikasi Penyebab Terjadinya Landing Gear Indication Tidak Berfungsi Normal pada Pesawat Boeing 737-900 ER
DOI:
https://doi.org/10.30871/ji.v17i1.9510Kata Kunci:
sistem landing gear indication, fishbone analysis, sensor, Boeing 737-900ERAbstrak
Pesawat Boeing 737-900 ER mempunyai sistem yang dinamakan landing gear indication yang dalam aplikasiannya menggunakan sensor jarak yang berguna dalam memberikan informasi tentang posisi roda pendaratan. Namun, sistem ini dapat mengalami permasalahan dimana apabila landing gear indication tidak berfungsi maka pilot tidak dapat memperoleh informasi dari instrumen yang memastikan posisi landing gear. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi permasalahan yang sering terjadi pada landing gear indication system di pesawat. Analisis yang dilakukan menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA) dengan pendekatan Fishbone Diagram. Dari hasil identifikasi ditemukan bahwa penyebab utama yaitu permasalahan pada sensor proximity switch mengalami korosi dan perubahan posisi yang menyebabkan pembacaan sinyal menjadi tidak akurat. Untuk itu perlu adanya pergantian komponen dan pengaturan posisi sensor agar sistem dapat berjalan dengan baik.
Unduhan
Referensi
[1] D. Anggawaty, S. Mulyani, and F. Khanif, “Analisis Kegagalan Nose Wheel Steering System Pada Pesawat Boeing Dengan Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).”
[2] F. M. Dewadi et al., Konsep Pesawat Terbang. Kota Solok, Sumatera Barat: PT Mafy Media Literasi Indonesia, 2024.
[3] A. Birry, A. Rusdinar, I. Usep, and A. Albayumi, “Perancangan Prototype Landing Gear System dan Monitoring Pergerakan Landing Gear System Pesawat Terbang Menggunakan Mikrokontroler.”
[4] D. Suhas, P. Srinath, N. R. Shashank, N. S. Venkatesh, and H. Nayak, “Design and Analysis of Aircraft Landing Gear System,” Int. J. Adv. Eng. Manag., vol. 3, pp. 2395–5252, 2021, doi: 10.35629/5252-0308374398.
[5] M. D. Gina Ramoso and R. A. Ortega-Dela Cruz, “Collegiate Aviation Review International Contributing Factors to Aircraft Maintenance Technology Students’ Readiness for the Aviation Industry,” 2025.
[6] M. Janovec and K. Mojžišová, “Increasing aircraft maintenance safety by minimizing human error,” in Transportation Research Procedia, Elsevier B.V., 2024, pp. 118–127. doi: 10.1016/j.trpro.2024.11.013.
[7] M. A. Nova, A. Y. Iradhat, J. Siregar, M. A. Dzulfiqar, N. R. Dija, and W. Rossbandrio, “Pengaruh Engine Bleed Trip Terhadap Tingkat Kebutuhan Pergantian Komponen Pada Pesawat B737-800,” J. Teknol. dan Ris. Terap., vol. 6, no. 1, pp. 23–27, Jun. 2024, doi: 10.30871/jatra.v6i1.7795.
[8] M. A. Nova, L. G. J. Putra, and Z. F. Emzain, “Komparasi Efektivitas Tiga Tipe Starter Generator yang Digunakan Pada Engine Pesawat ATR,” AVITEC, vol. 3, no. 2, p. 131, Jul. 2021, doi: 10.28989/avitec.v3i2.1027.
[9] W. Liu, Y. Wang, and Y. Ji, “Landing Impact Load Analysis and Validation of a Civil Aircraft Nose Landing Gear,” Aerospace, vol. 10, no. 11, p. 953, Nov. 2023, doi: 10.3390/aerospace10110953.
[10] BOEING Company, 737-6/7/8/900 ATA Chapter 32) Aircraft Maintenance Manual (AMM), vol. ATA Chapter 32. BOEING, 1999.
[11] A. Kumah et al., “Cause-and-Effect (Fishbone) Diagram: A Tool for Generating and Organizing Quality Improvement Ideas,” Glob. J. Qual. Saf. Healthc., vol. 7, no. 2, pp. 85–87, May 2024, doi: 10.36401/JQSH-23-42.





